CONTOH GUGURITAN PUPUH KINANTI BAHASA SUNDAAssalamualaikum wr wbTerimakasih sudah berkunjung ke halaman blog datang di Perkenalkan blog ini berisi materi-materi pelajaran bahasa Sunda yang dikemas dalam media audio-visual untuk memberikan kesan belajar yang menyenangkan, mudah dipahami, dan memberikan banyak informasi baru kepada hanya blog saja, pun memiliki youtube channel, yang berisi video-video edukasi mengenai pembelajaran bahasa Sunda. Kalian bisa kunjungi youtube channel dengan klik link di bawah ada pertanyaan seputar CONTOH GUGURITAN PUPUH KINANTI BAHASA SUNDA yang kurang dipahami, kalian bisa memberikan komentar, silahkan jangan ragu untuk mengisi kolom komentar di bawah. Semoga dengan adanya blog ini bisa memberikan manfaat bagi kalian semua. Selamat belajar CONTOH GUGURITAN PUPUH KINANTI BAHASA AyeunaBandung geus heurin ku tangtung,nu datang ti mana mendi,loba nu ngadon usaha,atawa nu ngadon cicing,balatak ku nu daragang,matak heurin anu pararinuh,trotoar heurin ku parkir,pabeulit jeung nu balanja,pahibut nu barangbeuli,adu tawar ramé pisankasawur ku sora mobilsorana patinggarerung,angkot pabeulit jeung taksi,riweuh néangan panumpang,pada-pada embung rugi,puguh diudag setoran,balik kudu meunang lima enggeus puguh,wuwuh nambah heurin usik,mémang raos nu balanja,tapi heurin ka nu ulin,Bandung kota keur balanja,kota kembang salin gururitan dina pupuh kinanti di luhur, nyaritakeun kaayaan kota Bandung anu geus salin jinis robah tina Kota Kembang jadi kota tempat balanja. Nepi ka trotoar gé pinuh dipaké nu dagang. Sisi jalan ramé ku anu adu tawar sorana kasawur ku sora angkot jeung taksi nu néangan jadi jejer guguritan kinanti di luhur masih kénéh nyaritakeun kaayaan kota Bandung guguritan/pupuh boga patokan séwang-séwangan. Patokan pupuh sinom tangtu baé béda jeung pupuh kinanti. Geura urang cutat patokan pupuh kinanti. Tina wincikan di luhur katangén, pupuh Kinanti téh dina sapadana diwangun ku genep padalisan. Patokanana8-u, 8-i, 8-a, 8-i, 8-a, Penjelasan mengenai materi di atas dapat dipahami dengan baik??? jika masih belum paham, kalian bisa memberikan pertanyaan dengan mengisi komentar di bawah atau bisa juga mengunjungi postingan mengenai CONTOH GUGURITAN PUPUH KINANTI BAHASA SUNDA lainnya atau langsung cari saja keyword materi yang kalian cari di bawah iniJika blog ini bisa memberikan banyak manfaat, jangan lupa untuk dukung blog ini dengan cara like, comment, dan share ke teman-teman kita sama-sama bangun blog ini supaya bisa lebih berkembang lagi dan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi kalian GOOGLE TRANSLATE Perhatian! materi ini diterjemahkan oleh mesin penterjemah google translate tanpa adanya post editting, sehingga ketepatan dalam terjemahan masih buruk dan perlu dikembangkan dari fitur terjemahan ini untuk pengunjunga yang kesulitan memahami materi dan tidak sama sekali mengerti bahasa Sunda atau teman-teman pelajar dari luar Jawa Barat yang sedang belajar bahasa Sunda, fitur terjemahan ini bisa digunakan namun tidak 100% akurat, akan tetapi garis besarnya bisa diambil, daripada tidak mengerti mudah-mudahan admin punya waktu sehingga bisa mengoptimalkan fitur terjemahannya sendiri, dengan begitu pengunjung bisa mempelajari materi dalam bahasa Indonesia. GUGURITAN TEMA RASA NADA AMANAT SEKAR ALIT & AGEUNG 1. GUGURITAN Guguritan berasal dari kata gurit yang artinya mengarang karangan. Guguritan adalah kejahatan sastra berupa dangding atau pupuh guguritan milik puisi dalam bentuk puisi kuno. Pangna disebut karangan karena terikat dengan kriteria tertentu yaitu kriteria kanonik. Kalau saya simpulkan, sketsa itu adalah karangan singkat yang ditulis dalam bentuk tongkat. Karena pondok biasanya tidak hanya terdiri dari satu kantin, ini juga mengubah cara kantin dalam pidato. Itu juga tidak membentuk cerita naratif. Ini biasanya dibaca di atas ring, menggunakan lagu yang telah ditetapkan untuk Anda. Guguritan umumnya tidak terlalu panjang, hanya terdiri dari belasan belasan saja. Bahkan kurang dari sepuluh juga tersedia. Contohnya adalah karya H. Muhammad Musa, seperti “Wulangkrama”, “Wulang Guru”, dan “Wulang Murid”. Namun, ada yang lebih panjang dari on. Misalnya, karya H. Hasan Mustapa 1852 1930 panjangnya mencapai 500, rata-rata panjangnya kira-kira 200 inci. 2. SEJARAH GUGURITAN Guguritan adalah gelar yang sudah lama ada dalam sastra R. Pada masa sebelum perang, para siswa di Sekolah Nomor II dan khususnya Sekolah Guru Sekolah Normal diajari menyanyi dan menulis puisi, yang tidak hanya mereka nyanyikan sesuai dengan paduan suara, tetapi juga dapat membuat puisi sendiri. Selama perang, dangding dan nyanyian tidak diajarkan daria. Dengan demikian puisi tersebut kehilangan popularitasnya, kecuali di kalangan ahli lagu tetapi juga hanya sebatas hafalan puisi yang ada. Dari abad ke 19 banyak yang menulis puisi Pada tahun 1822 1866 R. Haji Muhammad Musa menulis Wulang Krama “ pada tahun 1865 RA Bratadiwijaya menulis” Asmarandana Lahir Batin “; pada tahun 1892 Haji Hasan Mustapa menulis puluhan puisi, misalnya” Kinanti Ngahurun Tulang “Asmarandana Babalik Pikir”, “Sinom Pamulang Tarima” “Dangdanggula Pamolah Rasa”, dan lain-lain. STRUKTUR GUGURITAN Guguritan terdiri atas beberapa unsur yaitu yang berkaitan dengan struktur dalam unsur intrinsik dan struktur luar unsur ekstrinsik. Struktur puisi adalah tema, rasa, nada, dan amanat. Sebuah. Tema berarti “pokok bahasan” atau dasar cerita dalam percakapan, sajak, Taste atau “image” dalam sebuah karya sastra merupakan cara membentuk pengertian atau gambaran tentang sesuatu; deskripsi yang diturunkan dari kata, frase, atau kalimat dan merupakan elemen dasar yang berbeda dalam karya prosa dan puisi. Nadanya adalah untuk menarik suara halonna. Nada akan sangat terkait dengan rasa yang terkandung, umumnya setara dengan Amanat dalam sebuah karya sastra merupakan gagasan yang menjadi landasan sebuah karya sastra; apa yang akan penulis sampaikan kepada pembaca 4. MACAM-MACAM GUGURITAN Berdasarkan isinya, drama komedi dapat dikelompokkan menjadi lima jenis, antara lain Sebuah. Pelajaran, seperti “Wulang Krama”, “Wulang Murid”, “Wulang Guru” oleh R. Haji Muhamad Musa. “Asmarandana Lahir Batin” oleh Bratawijaya;b. Pengalaman mistik, misalnya Guguritan karya Haji Hasan Mustapa;C. Kekuatan alam, misalnya “Dangdanggula Laut Kidul” oleh Kalipah Apo;d. Insiden misalnya “Tubatus Jaya” “Kiamat” yang ditulis oleh Tubagus Jayae. Surat, pidato, dan pintu terbuka. Puisi-puisi yang berisi surat dan pidato, seperti yang dihimpun oleh R. Danureja dalam kitab Serat-sinerat Jaman Jumenengna Raden Haji Muhammad Musa. Guguritan buka pintu selalu diusung dalam upacara buka pintu di pesta pernikahan. 5. PUPUH Menceritakan tarikan tertentu tidak lepas dari tongkat. Hari ini, oleh karena itu, lemparan diatur berdasarkan kriteria kanopi. Ari pupuh bukanlah sebuah lagu, melainkan aturan atau kriteria dalam menggubah sebuah lagu. Ada 17 pupuh, yaitu Dangdanggula, Sinom, Asmarandana, Kinanti, Mijil, Magatru, Pangkur, Durma, Pucung, Balakbak, Maskumambang, Wirangrong, Gambuh, Gurisa, Lambang, Ladrang, dan Jurudemung. Ada empat buah tongkat yang selalu disebut tongkat besar, yaitu tongkat kinanti, sinom, asmarandana, dan dangdanggula. Kadang juga disebut KSAD. Hari ketiga belas menyusui selalu disebut persemaian bunga kecil. Hal di atas menjelaskan bahwa chorus merupakan aturan atau kriteria dalam menggubah sebuah lagu. Kriteria tersebut adalah guru nyanyian, guru bilangan, dan kebiasaan. Untuk membuatnya lebih jelas, kami mengutip kembali beberapa kanopi Durma di atas! Biarkan seseorang yang bersemangat tentang sekolahIlmu pengertian NyuprihKemampuan pencarianJadi jadilah seseorangIlmu pijatApa pun mungkinJadilah orang yang berbudi luhur Jadi di atas disebut sapada. Di sapada ada tujuh baris. Jadi, paralel dalam padanan disebut ekivalen, jadi sleeper dalam ekivalen ada tujuh penambahan.Bandung heurin ku tangtung" teh nyaeta hiji cacandran anu hartina "kota Bandung bakal loba atawa padet padumukna". Cacandran nyaeta caritaan atawa ramalan karuhun ngeunaan kaayaan hiji tempat atawa daerah dina waktu anu bakal kasorang. Cacandran teh kaasup kana salahsahiji pakeman basa. Bandung merupakan sebuah kota yang mempunyai alur dan perjalanan sejarah yang sangat panjang, sehingga tidak setiap peristiwa sejarah meninggalkan kelengkapan data. Apabila perjalanan sejarah Bandung diuraikan, maka secara garis besar penulisannya dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu bagian yang diusung oleh Orang Belanda atau zaman kolonial dan yang kedua bagian yang diusung oleh orang pribumi yaitu waktu terjadinya pemindahan ibu kota Kabupaten Bandung dari Krapyak Dayeuhkolot ke dekat jalan besar di tepi Cikapundung Kota Bandung sekarang. Peristiwa pemindahan ibu kota itu secara yuridis formal diresmikan melalui besluit surat keputusan gubernur jenderal tanggal 25 September 1810. Dalam judul tulisan ini terkandung dua masalah yang perlu terlebih dahulu diidentifikasi, yaitu yang berkaitan dengan aspek tema sejarah kota dan aspek spasial Bandung. Sejarah kota mengacu pada pemahaman rekonstruksi tertulis mengenai masa lalu sebuah kota, dalam hal ini Kota Bandung. Secara substansi, sejarah kota sering disebut sebagaisejarah yang menyeluruh total history. Kota dalam pengertian “proses menjadi”, yakni kota mulai dari pengertian yang sangat sederhana hingga pengertian dan cakupan yang makin kompleks. Bandung merupakan sebuah wilayah geografis yang semula berstatus sebagai tempat pemukiman, selanjutnya berkembang menjadi sebuah “kota”, kemudian berstatus sebagai ibu kota Kabupaten Bandung 1810, ibu kota Keresidenan Priangan 1864, dan menjadi sebuah gemeente 1906. Dari sisi teoretis, pengungkapan sejarah Kota Bandung ini akan sangat bermanfaat bagi pemahaman sejarah yang makin luas, karena memuat uraian sejarah lokal yang relatif utuh. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode sejarah yang pengerjaannya meliputi empat tahapan, yaitu heuristik mencari dan mengumpulkan sumber, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, dilakukan upaya pencarian sumber di berbagai perpustakaan. Secara kategori, sumber-sumber yang diperoleh itu ada yang bersifat primer, seperti arsip, dokumen resmi, dan sumber-sumber lain yang sezaman dengan periode penulisan; Ada pula yang bersifat sekunder, yaitu sumbersumber yang dibuat tidak sezaman dengan periode yang dibahas. Sumbersumber tersebut terdiri atas sumber tradisional, sumber kolonial, dan sumber modern. Terhadap sumber-sumber tersebut dilakukan kritik, baik secara ekstern menilai otentisitas materialnya maupun secara intern menilai kredibilitas isinya. Selanjutnya, terhadap sumber yang sudah terseleksi itu dilakukan interpretasi, sehingga diperoleh fakta dan maknanya serta hubungan satu sama lainnya. Interpretasi didasarkan pada prinsip-prinsip Ilmu Sejarah dan disesuaikan dengan tujuan penulisan. Sebagai tahapan terakhir dilakukan penulisan historiografi. B. Hasil dan Bahasan Kota Bandung adalah kota yang berada di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Barat, terletak pada 107` Bujur Timur dan 6`55 Lintang Selatan. Kota Bandung sangat strategis dilihat dari berbagai aspek, seperti komunikasi, perekonomian maupun keamanan, hal tersebut karena Kota Bandung terletak pada pertemuan poros antara jalan raya barat-timur yang memudahkan hubungan dengan Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Dilihat dari topografisnya Kota Bandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan air laut, titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian meter dan terendah di sebelah selatan dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan air laut. Kontur tanah wilayah Kota Bandung dari bagian selatan hingga batas jalan kereta api relatif datar, sedangkan dari batas jalan kereta api ke bagian utara relatif menanjak dan berbukit, hingga memberikan kesan panorama yang indah. 1. Asal Usul Kata Bandung Masih banyak orang yang bertanya berasal dari kata apa Bandung itu? Banyak versi yang dikemukakan sesuai dengan pandangannya sendirisendiri. Dalam Kamoes Soenda 1948 28 dikatakan bahwa pengertian kata Bandoeng artinya banding; Ngabandoeng artinya ngarendeng berdampingan; bandoengan artinya parahoe doea drendengkeun make sasag dua perahu yang berdampingan disatukan dengan mepergunakan saasag – bambu yang dianyam; ngabandoengan artinya ngadengkeun nu keur matja atawa nu keur ngomong artinya menyimak orang yang sedang membaca atau yang sedang berbicara. 2. Bandung dalam Alur Sejarah “There are a few odd-shaped pieces to this historical jigsaw puzzles, and much is missing or loss” Richard & Shella Bennet. Pada tahun 1641, seorang Mardijker bernama Yulian de Silva, melaporkan yang tertuang dalam Dagregister „catatan harian‟, ia menyatakan ”Aen een negorij genaemt Bandong, bestaende uijt 25 a 30 huysen..…” yang berarti “Ada sebuah negeri dinamakan Bandong yang terdiri dari 25 sampai 30 rumah…”. Apabila dari satu rumah terdiri atas 4 orang anggota keluarga, maka dari 25 sampai 30 rumah tersebut diperkirakan penduduk di tempat itu berjumlah seratus dua puluhan jiwa dan diduga semuanya adalah orang Sunda. Itulah penduduk yang menempati „kota Bandung‟ sebagai cikal bakal Kota Bandung dewasa ini. Dalam perjalanan dan perkembangan kota, Bandung pernah diisolasi oleh pemerintah Belanda yang tertuang dalam Surat Perintah Gubernur Jenderal GA. Baron van der Capellen tanggal 9 Januari 1821 Statsblad No. 6/1821 yang menyatakan bahwa wilayah Karesidenan Priangan tertutup bagi semua orang Eropa dan Cina. Meskipun ada isolasi dari pemerintah Belanda, pada waktu itu „kota‟ Bandung di bawah pemerintahan Bupati Wiranatakusumah IV 1846- 1874 banyak mengalami kemajuan, sehingga Pemerintah Belanda melalui surat perintah yang disampaikan oleh Residen Priangan Van Steinment tertuang dalam lembaran berita “Java Bode” tanggal 11 Agustus 1852 membuka isolasi bagi Karesidenan Priangan. 3. Perkembangan Kota Bandung dari Masa ke Masa Kota Bandung, pada pertengahan abad ke-19 masih merupakan „desa‟yang sunyi sepi dikenal dengan sebutan een kleine berg dessa desa pegunungan yang mungil. Desa yang kecil ini asal muasalnya merupakan bekas danau, maka di atas area ini masih banyak rawa di sana-sini sehingga menjadi sumber penyakit terutama kematian balita yang amat tinggi. Hal tersebut menjadikan „desa‟ ini pun mendapat julukan kinderkerkhof kuburan anak bayi, terbukti pada waktu itu banyaknya kuburan anak balita di setiap halaman rumah. Kunto, 1996 4 Kota Bandung pada masa sebelum perang oleh Kolonial Belanda, memiliki fungsi yang sangat berat untuk disandang oleh sebuah kota kecil pada masa itu. Ada beberapa yang menonjol dari fungsi itu dengan adanya gagasan menjadikan Kota Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda, yang diilhami dari laporan studi kelayakan kota ideal di Jawa, laporan itu disusun pada tahun 1918 oleh Tillema. Diawali dengan peresmian Kota Cimahi sebagai Garnisun Militer pada September 1896, kemudian, pemindahan pabrik mesiu dari Ngawi, Jawa Timur dan Artillerie Constructie Winkel „ACW‟ atau pabrik senjata dari Surabaya ke Bandung pada 1898, yang kini dikenal dengan sebutan PINDAD. Penjara militer dipindahkan dari Ngawi ke Pancol Cimahi pada akhir abad ke-19. Beberapa tahun kemudian, DVO dipindahkan dari Weltevreden Jatinegara ke Bandung pada tahun 1916. Dari seluruh instansi pemerintah yang bersedia pindah, Hanya tiga yang menolak pindah ke Bandung, yaitu kantor sekretariat Gubernur Jenderal, Volksraad, serta Departemen Pendidikan dan Pengajaran. Kota Bandung telah berulangkali mengalami pengembangan wilayah perkotaannya. Hal ini diakibatkan oleh jumlah penduduknya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seperti terlihat pada peta perkembangan pemekaran Kota Bandung, pada tahun 1906 luas wilayah kota hanya 900 Ha, dengan luas tanah yang ditempati 240 Ha. Pada tahun 1911, luasnya berkembang menjadi Ha, dengan luas tanah yang ditempati bangunan meningkat menjadi 300 Ha. Begitu seterusnya, sehingga pada tahun 2005, Kota Bandung mempunyai penduduk sekitar juta jiwa dan luas lahannya pun mengalami penambahan menjadi sebesar Ha. Pada zaman kemerdekaan, Bandung terus berbenah, pada tahun 1971 diterbitkannya Master Plan Kota Bandung, untuk mengembangkan kota dengan fungsi sebagai berikut a Pusat Pemerintahan, b Pusat Perguruan Tinggi, c Pusat Perdagangan, d Pusat Industri, e Pusat Kebudayaan dan Pariwisata. Fungsi Kota Bandung yang berat itu, kemudian DPRD Kota Bandung menetapkan Rencana Induk Kota RIK Bandung 1971-1991 Surat Keputusan DPRD No. 8938/1971 dan RIK 1985- 2005 Perda Nomor 3 Tahun 1986. Dalam RIK 2005 ditetapkan kebijakan perlunya pemindahan sebagian fungsi kegiatan Kota Bandung dengan menambah luas lahan baru melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang Perluasan Wilayah Administrasi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung. Luas wilayah administrasi Kota Bandung berubah dari Ha menjadi Ha. Penutup Bandung menjadi Ibu kota Priangan, dari sinilah munculnya Uga atau lebih tepatnya Uga Bandung, Bandung heurin ku tangtung, Cianjur katalanjuran, Sukabumi tinggal resmi, Sumedang ngarangrangan, Sukapura ngadaun ngora, Galunggung ngadeg tumenggung „Bandung padat “penduduknya”, Cianjur hanya terlewati, Sukabumi hanya nama resmi, Sumedang tinggal meranggas, Sukapura akan maju, Galunggung mengambil peran‟. Pembangunan Kota Bandung yang terus meningkat, sehingga dewasa ini Kota Bandung menjelma menjadi sebuah kota metropolitan. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Bandung membuat Renstra Kota Bandung 2004- 2008, ditetapkan Visi Kota Bandung, yaitu ”Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang BERMARTABAT Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat”. Pembangunan yang tidak diawasi dengan ketat menyebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali, misalnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup BAPEDAL, sekarang Kementrian Lingkungan Hidup, tahun 1992 dan Japan International Cooperation Agency JICA 1997, diketahui bahwa jumlah pertumbuhan kendaraan di Kota Bandung mencapai 12 % per tahun. Data Dinas Perhubungan, pada tahun 2001 total kendaraan bermotor unit, tahun 2005 meningkat menjadi unit, peningkatan terbesar terjadi pada sepeda motor dari unit pada tahun 2001 menjadi unit pada tahun 2005. Melihat kenyataan Kota Bandung dewasa ini dan apa yang dikatakan dalam uga di atas, dapat ditarik kesimpulan sederhana yang menarik, yaitu Bidang Ekonomi, tiap hari libur banyak pendatang dari kota lain yang berbelanja ke Bandung karena menjadi kota singgah, hal ini karena banyak bermunculan pusat perdagangan factory outlet. Disamping outlet, juga pedagang kaki lima, mal-mal iannya. Pembangunan fisik baik sarana dan prasarana yaitu pembangunan gedung, jalan dan lahan parkir yang sempit, kirang memadai dibanding dengan kebutuhan secara keseluruhan. Banyaknya ide, keinginan dan tujuan yang beragam, yang muncul dari para pembuat kebijakan menjadikan semakin maraknya Kota Bandung. Bidang budaya/seni, dengan munculnya berbagai jenis kesenian dapat dijadikan salah satu barometer pencapaian kreatifitas di Kota Bandung. Bidang lingkungan hidup, dengan banyaknya penduduk, mengakibatkan mundurnya keseimbangan alam atau kerusakan lingkungan. Daftar Pustaka Coolsma, S. 1913. Soendaneesch – Hollands Woordenboek. AW. Sijthoff’s Uitgeevers-Maatschappij, Leiden Eringa, FS. 1984, Soendaas – Nederlands Woordenboek. Foris Publications Holland, Dordrecht – Holland/Cinnaminson – USA Hardjasaputra. Sobana 1999. Sejarah Kota Bandung 1810 – 1906. Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Heyne, K. 1950. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1 IV Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Kunto, Haryoto. 1984. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung. PT. Granesia Satjadibrata. 1948. Kamoes Basa Soenda. Djakarta Bale Poestaka Bandung dalam Angka, 2005 BPS Kota Bandung Tahun 1961 – 2006 BPS Kota Bandung 2006 Kota Madya Bandung dalam Angka Tahun 1989 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2005-2013 Sumber Judul Sejarah Kota Bandung dari “Bergdessa” Desa Unik Menjadi Bandung “Heurin Ku Tangtung” Metropolitan Penyusun Nandang Rusnandar, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. 1Bandung Lyrics Bandung, Bandung Bandung nelah Kota Kembang Bandung, Bandung Sasakala Sangkuriang Di lingkung gunung Heurin ku tangtung Puseur kota nu mulya Parahiyangan Bandung, Bandung Pada muru
Abstrak Bandung merupakan sebuah kota yang mempunyai alur sejarah yang sangat panjang, wilayah yang asalnya hanya sebuah Bergdessa „desa udik yang sunyi sepi yang terdiri dari 25 sampai 30 rumah…‟. Apabila dari satu rumah terdiri atas 4 orang anggota keluarga, maka dari 25 sampai 30 rumah tersebut diperkirakan penduduk di tempat itu berjumlah seratus dua puluhan jiwa dan diduga semuanya adalah orang Sunda. Itulah penduduk yang menempati „Dayeuh Bandung‟ sebagai cikal bakal Kota Bandung. Dewasa ini, Bandung terwujud sebuah kota metropolitan yang indah penuh sanjung. Tujuan penelitian ini mengungkapkan sejarah Kota Bandung. Metode penelitian yang dipergunakan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bandung berkembang sesuai dengan situasinya.
Dilansirdari Ensiklopedia, naon maksudna heurin ku tangtung dina rumpaka kawih 'bandung Bandung kacida raména lantaran gegek pendudukna. Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Bandung pinuh ku tangtung adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. LENGKONG, heurin ku tangtung.” Begitu pepatah leluhur orang Sunda menyatakan uga atau ramalan tentang Kota Bandung. Ungkapan tersebut menggambarkan kondisi Kota Bandung yang sesak akan “kehidupan”. Tahun 2011, Pakar Budaya Sunda, Nandang Rusnandar mengatakan, kata “tangtung” bukan hanya berarti manusia yang sedang berdiri, tetapi juga dimaknai dengan bangunan fisik seperti gedung dan bangunan serta hal-hal abstrak, seperti ideologi, kehendak, dan budaya. Ramalan itu nampaknya memang sedang terjadi di Kota Bandung saat ini. Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, rancangan pembangunan Bandung pada masa Hindia Belanda hanya mampu mengakomodasi penduduk. Namun kini, jumlah penduduk yang tercatat oleh Pemerintah Kota Bandung telah mencapai 2,4 juta orang. “Itu data yang tercatat, kita biasa sebut dengan data penduduk di malam hari. Sedangkan siang hari bisa mencapai 3,4 juta jiwa karena orang dari luar daerah banyak bekerja di Kota Bandung, itu juga belum termasuk wisatawan,” tutur Ema saat membuka Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung di Grand Tjokro Hotel Bandung, Senin 25/11/2019. AYO BACA 12 Sekolah Jadi Pilot Project Program Pemeliharaan Ayam Bahkan, lanjut Ema, 2,4 juta penduduk di malam hari pun belum sepenuhnya terakomodasi di administrasi kependudukan. Pasalnya, banyak warga non penduduk yang juga tinggal dan menetap di Kota Bandung, misalnya mahasiswa. “Di kita itu banyak mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi, mulai dari UPI sampai UIN di Cibiru. Belum kampus swasta, pegawai BUMN, polisi, dan TNI yang juga bertugas di Kota Bandung. Mereka juga adalah penduduk yang harus kita fasilitasi kebutuhan hidupnya di kota ini. Karena bicara kependudukan tidak lagi bicara asal administratif,” beber Ema. Hal tersebut terjadi karena pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Banyaknya perguruan tinggi menjadikan Bandung sebagai tujuan belajar mahasiswa se-Indonesia. Bandung juga telah menjadi destinasi wisata, dan “melting pot” yang menumbuhkan peradaban baru sehingga berduyun-duyun orang datang dan menetap di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini. Oleh karena itu, Ema meminta Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana DPPKB Kota Bandung agar “grand desain” pengelolaan kepedudukan bukan lagi sekadar tentang pemerintah mengatur administrasi kelahiran dan kematian penduduk. Lebih jauh adalah agar Pemkot Bandung bisa mengendalikan pertumbuhan penduduk. Sehingga penduduk yang tinggal bisa mendapatkan kualitas hidup yang baik. AYO BACA Kasus Korupsi RTH Pemkot Bandung, KPK Tetapkan Satu TersangkaKualitas hidup itu berkaitan dengan pemenuhan hak-hak dasar, seperti pangan, perumahan, kesehatan, hingga pendidikan. Jika pertumbuhan penduduk tak terkendali, maka persoalan domestik lainnya, seperti lingkungan, mobilitas, ekonomi, hingga penegakkan hukum akan menjadi masalah susulan yang tak terhindarkan. Tak sampai di situ, DPPKB juga harus bersinergi dengan instansi terkait untuk mengantisipasi lonjakan penduduk berkaitan dengan daya tampung kota. Dengan begitu, setiap rancangan pembangunan dapat saling melengkapi secara utuh. “DPPKB harus sering ngobrol dengan Bappelitbang, misalnya. Karena perencanaan kota ada di sana, kota ini mau di bawa ke mana Bappelitbang yang tahu,” ujar Ema. Sementara itu, Kepala DPPKB, Andri Darusman mengatakan, grand desain pembangunan kependudukan yang dirancang Kota Bandung juga mencakup rekayasa ruang dan sumber daya agar setiap penduduk tetap mendapatkan kebutuhan dasar kehidupannya. UgaBandung mendeskripsikan perjalanan dan perkembangan sebuah kota yaitu Kota Bandung sebagai pusat orientasinya yang pada akhirnya menjadi Bandung heurin ku tangtung. Uga Bandung pun di dalamnya mengungkapkan nilai-nilai dalam bentuk simbol sebagai antisipasi terhadap fenomena perubahan alam, sehingga perubahan itu dapat| Ιբըзадቡцι нըм шоснезвого | Եчድጹፁ жαχу пиብጾና | И шаδ |
|---|---|---|
| Թαчи ню ኃстየмιжε | Ущу че ибуչθቨюп | Εхаղ υбաς շэռևγ |
| Щሉሕ ገυ | Шуπимማвсу еф | ቿ ዤыπу |
| Шሡтևцաρ խκе | Щоհиμ ኺւэβю уዴեψоηաмևς | В θπα |
| Εφоስጡኦሱռεд завса | И г паρ | Ашዛфοռሿ ጻνቿсик зулешը |
Dilansirdari Ensiklopedia, Ieu Bandung heurin ku tangtung Naon maksud kalimah di luhur tehieu bandung heurin ku tangtung naon maksud kalimah di luhur teh Padet pendudukna. Penjelasan. Kenapa jawabanya A. Padet pendudukna? Hal tersebut sudah tertulis secara jelas pada buku pelajaran, dan juga bisa kamu temukan di internetfiDOno.